Kamis, 10 Agustus 2017

Kakak Tersayang

Sewaktu kecil Anna adalah anak yang polos dan ceroboh, dan Rino merupakan anak yang penyayang dan selalu ingin melindungi adik perempuannya. Anna sering mengajak Rino bermain mama papa, Rino tidak pernah menolak, karena Ia sangatlah menyayangi Anna sebagai adik perempuannya.

“Kak Rino, ayo kita bermain !”

“Iya Anna!”

Saat-saat tersebut merupakan waktu yang sangat berharga, tapi tidak ada yang tau tentang kejadian di waktu yang akan datang, masa depan masih merupakan sebuah misteri bagi mereka berdua.

“...”

“Anna, kenapa ?”

“Anna, SAYANG KAKAK ! Kak Rino punya Anna !”

Tentu Rino sangatlah bahagia, Ia merasa sangat berguna ketika adiknya berkata seperti itu. Rino langsung mengelus kepala Anna. Rino sering berfikir bahwa prioritas utama dalam hidupnya adalah melindungi adiknya, Ia tidak pernah membantah adiknya sepatah katapun. ‘Seperti kertas yang di lem, jikalau kertas itu sudah melengket, di tarik pasti akan terkoyak.’

“Kakak,  Anna haus.”

“Mau Kakak ambilkan minum ?”

“Anna sudah besar, Kakak tunggu ya !”

“Iya.”

Saat Anna pergi keluar mengambil minum, rasa khawatir yang diderita Rino bukan kepalang. Rino tahu kalau Anna tidak bisa ditinggal sendiri terlalu lama. Akan tetapi karena Rino sangatlah percaya kepada Anna, Ia tetap menunggu di kamar atas dengan rasa takut yang menyelimuti.

“BRUK !!”

“!”

Dengan sigap Rino segera melihat apa yang terjadi diluar, Ia pun tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Darah yang keluar berlumuran dari kening adik tercintanya bergenangan dimana-mana. Seketika pikiran Rino menjadi kacau, airmata bahagia yang belum lama tercipta, berubah menjadi tangisan darah yang terbilang menyakitkan.

“ANNA !!”

Rino pun segera memanggil pertolongan, tetapi tak ada seorangpun yang datang. Rasa khawatir akan sayangnya Rino terhadap Anna hancur berkeping-keping. Saat itu juga Rino memeluk Adik tercintanya dengan rasa menyesal, penyesalan yang di alami Rino tidak dapat tergantikan dengan permata apapun. Terlebih, tak ada seorangpun yang datang menolong mereka berdua.

“Kakak . . .”

“Kakak disini”

Tiba-tiba. . .

“Tok..tok..tok..”

Rino langsung berlari menuju ke depan, Ia langsung memeluk orang yang mengetuk pintu tersebut. Dengan air mata yang mengalir dan noda merah hampir di sekujur tubuh.

“Tolong adikku Anna ! dia jatuh, tolong kami !”

“!”

Dengan begitu orang tersebut berlari menolong Anna, menggendongnya masuk ke dalam mobil. Rino sangat berhutang budi kepada orang tersebut.

Saat di rumah sakit,  Rino mencoba untuk menghubungi ayahnya. Saat ayahnya mengangkat telepon, tangisan Rino sudah tidak dapat terbendung lagi. Rino menceritakan semua yang terjadi saat ayah dan  ibu meninggalkan mereka. Dan tiba-tiba orang yang menolong Anna tadi sepertinya ingin berbicara kepada ayah Rino, Rino hannya bisa memberikan telepon itu.

Saat dokter keluar, Rino sangat gembira untuk mendengar berita bahagia dari dokter. Tetapi, dokter hanya bisa menggeleng kepada Rino. Rino tidak mengerti apa arti ungkapan  menggeleng dokter tersebut.

“Dimana ibumu, Dik ?”

Rino pun menunjuk orang yang tadi menolong mereka.

“T’rima kasih, adikmu pasti akan langsung mengingat kakaknya yang bertanggung  jawab ini”

Rino pun masuk ke dalam ruangan dimana Anna beristirahat. Anna sepertinya terlihat sangat kelelahan, Rino memandangi Anna yang sedang terbaring di atas tempat tidur.

“A-N-N-A !”

“Huaaa . . . !”

Anna yang tiba-tiba menangis membuat Rino menjadi putus asa, karena Rino tidak pernah membuat adiknya menangis. Suster segera datang untuk menenangkan Anna, saat Anna sudah  tenang suster pergi ke luar. Rino pun mencoba mendekat untuk berbicara.

“Jangan dekat-dekat !”

“Iya, kakak disini.”

“Anna tidak punya kakak !!!”

Seketika saat Rino mengetahui adik kecilnya berkata seperti itu, Ia kehilangan semangat hidup. Rino pergi ke luar rumah sakit tersebut, setelah sampai didepan pintu rumah sakit Rino melihat ayah dan ibunya datang dengan tergesah-gesah.

“PLAK !”

Cap lima jari ibu mendarat dengan mulus di pipi Rino, perasaan hancur di benak Rino semakin parah. Akhirnya ayah Rino mencoba menghalangi tamparan tersebut agar tidak melandas lagi di pipi Rino.

“Mama kalau  mau marahin Rino enggak apa-apa, tapi Rino bingung atas dasar apa mama bisa marah sama Rino ?”

“Kamu anak kurang ajar !”

“Mama tidak ada disana sewaktu Anna sakit, apa mama papa lebih mementingkan pekerjaan dari pada mengurus kami berdua ?”

Rino berlari masuk ke dalam rumah sakit lagi, Rino langsung memeluk orang yang tadi menolong Anna. Orang tersebut menjelaskan penyakit yang diderita Anna kepada Rino, tapi kali itu Rino tidak menangis Ia malah tersenyum.

“Kalau Anna sudah tidak ingat, apa boleh buat.”

“Anna sudah tidak akan mengingat Rino lagi, tidak apa-apa ?”

“Ya, Anna sudah dewasa. Anna tidak butuh kakak lagi, mama papa juga.”

Saat itu juga ibu dan ayah Rino bertemu dengan orang tersebut, ingin berterimakasih karena sudah mengurus Anna dan Rino saat mereka berdua tidak diawasi orang tua.

Orang tersebut mengajukan permintaan kepada ibu Rino, Ia ingin menjadikan Rino sebaagai anak laki-lakinya. Lalu ibu Rino mengangguk, ayah Rino tidak bisa membantah karena menurut mereka itu jalan terbaik untuk pemulihan penyakit anak kesayangannya yaitu Anna.

Rino hanya bisa mengikuti orang tersebut dan tinggal bersamanya sampai sekarang ini, dan Anna masih belum  mengenali Rino sebagai kakak laki-lakinya. Selama Rino tinggal bersama  ibu angkatya Ia selalu mendapat apa yang diinginkannya.
Dan dalam  keluarga barunya, Rino juga mempunyai adik perempuan. Rin merupakan anak tunggal, ibunya mengakui bahwa dia bercerai dengan suaminya. Rino diberi kepercayaan besar oleh ibu angkatnya untuk menjaga dan merawat Rin sebagai adik perempuannya. Rino mengetahui bahwa adik perempuan barunya ini sangat rapuh, manja, cengeng. Hampir sama seperti Anna, Rin juga tidak bisa ditinggal sendiri terlalu lama.

Saat Rino beranjak dewasa, Ia sudah lebih mengerti mangapa kedua orangtuanya tidak ingin melihat dia lagi. Ibu angkat Rino akan berada di luar kota beberapa minggu ini, kunci rumah, kunci mobil, uang saku, dan Rin tentunya di tinggalkan dan di percayakan kepada Rino untuk sementara waktu.

“Kakak ! hari ini Rin mau sekolah !”

“Iya, Kakak mandi dulu”

Rino merupakan anak laki-laki yang lucu saat masih kecil, dan tanpa sadar Ia menjadi anak laki-laki yang tampan saat dewasa. Hari ini adalah hari dimana Rin dan Rino masuk sekolah, Rino sudah biasa mengantar Rin ke Taman Kanak-kanak menggunakan mobil.

“Dah.”

“Da-da Kak !”

Sementara itu Rino berangkat juga ke Sekolah Menengah Pertama, Ia memarkirkan mobilnya di tempat parkiran sekolah. Rino sangatlah populer di sekolah, Dia merupakan senior di sekolahnya. Ia selalu bersikap tenang, dan baik kepada semua orang. Akan tetapi ada satu siswi junior yang sangat di sayanginya namannya adalah Anna. Rino tentunya masih mengingat adik kecil kesayaangannya dulu, tapi Rino harus melawan rasa perih saat berpapasan dengan Anna.

“Pagi Rino !“

“Pagi.”

Setiap hari selalu berjalan seperti itu, sampai suatu saat ada rasa yang janggal menimpa Rino. Salah satu teman Rino memberi informasi bahwa Anna menyukai Rino bukan sebagai kakak melainkan suka sebagai laki-laki, Entah apa yang terpikirkan di benak Rino saat itu.

Sepulang sekolah Rino langsung menjemput adik angkatnya Rin, dengan wajah ceria Rin melambaikan tangan kepada teman-temannya. Dan Rin bercerita panjang lebar kepada Rino tentang kejadian di Taman Kanak-kanaknya hari ini, Rin terdiam dan menunduk dengan perasaan sedih karena kakaknya tidak menanggapi apa yang di ceritakan adiknya. Tidak seperti bisanya Rino memasang ekspresi kecewa yang teramat sangat mendalam, mungkin karena teman sekelasnya bercerita tentang Anna sebelumnya.

Setelah sampai di rumah, Rin meneriaki Rino karena tidak mendengarkan omongannya selama di mobil.

“Kakak jahat !”

“Hah ?”

Rino pun segera kebingungan setelah Rin berkata seperti itu, Rino terdiam dan tersenyum sambil memandangi Rin berlari menuju ke kamar atas.

“Aku mengenali situasi ini, hal ini pernah terjadi sebelumnya. Ya, pasti Anna .”

Rino tersenyum dengan penuh penyesalan dan segera berjalan menuju kamarnya, Rino terus menerus tertunduk sambil memikirkan kedua adiknya tersebut. Dan tiba-tiba Rino melihat ke arah pintu kamarnya, Rin sedang berdiri di sisi tersebut dan menunduk sambil menangis tersedu-sedu. Rino pun menggerakan tanggannya menyuruh Rin masuk, Rin langsung menangis dengan kencang dan berlari ke arah kakaknya.

“Maaf ! kakak maaf !”

Rino dengan spontan memeluk Rin sambil mengelus kepalanya, aliran air mata Rino semakin deras tapi Rino mencoba untuk tidak mengeluarkan suara agar Rin tidak terlalu tertekan. Rin pun terdiam dan tertidur di pelukan Rino, Rino menaruh Rin di kasurnya dan membiarkan Dia tertidur dengan pulas.

Keesokan harinya Rino tidak pergi kesekolah karena sakit, Rin mau tidak mau harus bolos sekolah juga karena tidak ada orang lain yang dapat mengantarnya. Tidak biasanya Rino mengalami sakit yang parah sampai harus izin sekolah karena sakit.

Saat Rino sedang tidur di kamarnya Rin masuk dengan tiba-tiba, Ia membawa selimut dan boneka kesayangannya ke arah Rino kakaknya. Ia menyelimuti kakaknya dengan selimutnya dan memberikan boneka kesayangannya untuk menjadi bantal peluk Rino, wajah Rino memerah Ia malu karena bukannya Dia yang mengurus adiknya melainkan adiknya yang mengurus Dia.

“Kakak bobo, kakak bobo, kalau tidak bobo di gigit nyamuk.”

Wajah Rino semakin memerah saat Rin menyanyikan lagu nina bobo sambil mengelus kepalanya. Rino pun tertidur, saat Rino bangun Ia memandangi wajah manis adiknya yang tertidur pulas di sampingnya. Saat itu juga ada seseorang yang mengetuk pintu, Rino pun segera mengganti piyamanya, Ia menyelimuti Rin dan segera meninggalkannya.

Saat itu juga Rino terkejut saat melihat Anna berada di depan pintunya membawa buah-buahan untuk Rino, Rino langsung mempersilakan Anna masuk. Saat Anna memasuki rumah Rino Ia duduk diruang tamu, sambil menunggu Rino membuat teh untuknya. Saat itu juga Rin keluar dari kamar Rino, Rin langsung menangis mencari kakaknya. Anna langsung menghampiri Rin yang sedang menangis.

“Maunya kakak !”

Setelah selesai membuat teh Rino segara keluar dari dapur, Ia menaruh tehnya di atas meja dan segera menggendong Rin.

“Kakak di sini.”

Wajah Anna memerah saat melihat Rino berkata seperti itu, Ia merasa iri kepada Rin yang memiliki kasih sayang seorang kakak.

“Kalau saja aku punya seorang kakak.”

Rino pun terkejut saat mendengar Anna berkata seperti itu, Ia tersenyum kecil saat mendengar apa yang di ucapkan oleh Anna. Rin tertidur pulas lagi di pelukan kakaknya, Rino pun menaruhnya di atas sofa persis berada di pangkuannya. Sambil mengelus kepala Rin, Rino berkata.

“Tentu saja kamu punya Anna,  selagi kamu masih kecil kamu selalu mengucapkan kata kakak di depan ku. Tapi kamu tidak akan mengingatnya lagi, itu sudah lama sekali.”

“Aku.”

“Kenapa ? kamu suka sama aku ?”

“Iya.”
     
         Rino pun  bercerita kepada Anna tentang masa kecilnya dulu, saat Rino selesai bercerita Ia menjawab pernyataan cinta dari Anna. Saat itu juga Anna mulai mengerti keadaan Rino, dan sampai saat ini Anna baru sadar bahwa Ia memiliki seorang kakak laki-laki yang bernama Rino.