Sewaktu kecil Anna adalah anak yang polos dan
ceroboh, dan Rino merupakan anak yang penyayang dan selalu ingin melindungi
adik perempuannya. Anna sering mengajak Rino bermain mama papa, Rino tidak
pernah menolak, karena Ia sangatlah menyayangi Anna sebagai adik perempuannya.
“Kak
Rino, ayo kita bermain !”
“Iya
Anna!”
Saat-saat tersebut merupakan waktu yang sangat
berharga, tapi tidak ada yang tau tentang kejadian di waktu yang akan datang,
masa depan masih merupakan sebuah misteri bagi mereka berdua.
“...”
“Anna,
kenapa ?”
“Anna,
SAYANG KAKAK ! Kak Rino punya Anna !”
Tentu Rino sangatlah bahagia, Ia merasa sangat
berguna ketika adiknya berkata seperti itu. Rino langsung mengelus kepala Anna.
Rino sering berfikir bahwa prioritas utama dalam hidupnya adalah melindungi
adiknya, Ia tidak pernah membantah adiknya sepatah katapun. ‘Seperti kertas
yang di lem, jikalau kertas itu sudah melengket, di tarik pasti akan terkoyak.’
“Kakak, Anna haus.”
“Mau
Kakak ambilkan minum ?”
“Anna
sudah besar, Kakak tunggu ya !”
“Iya.”
Saat Anna pergi keluar mengambil minum, rasa
khawatir yang diderita Rino bukan kepalang. Rino tahu kalau Anna tidak bisa
ditinggal sendiri terlalu lama. Akan tetapi karena Rino sangatlah percaya
kepada Anna, Ia tetap menunggu di kamar atas dengan rasa takut yang menyelimuti.
“BRUK
!!”
“!”
Dengan sigap Rino segera melihat apa yang terjadi
diluar, Ia pun tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Darah yang keluar
berlumuran dari kening adik tercintanya bergenangan dimana-mana. Seketika
pikiran Rino menjadi kacau, airmata bahagia yang belum lama tercipta, berubah
menjadi tangisan darah yang terbilang menyakitkan.
“ANNA
!!”
Rino pun segera memanggil pertolongan, tetapi tak
ada seorangpun yang datang. Rasa khawatir akan sayangnya Rino terhadap Anna
hancur berkeping-keping. Saat itu juga Rino memeluk Adik tercintanya dengan
rasa menyesal, penyesalan yang di alami Rino tidak dapat tergantikan dengan
permata apapun. Terlebih, tak ada seorangpun yang datang menolong mereka berdua.
“Kakak
. . .”
“Kakak
disini”
Tiba-tiba.
. .
“Tok..tok..tok..”
Rino langsung berlari menuju ke depan, Ia langsung
memeluk orang yang mengetuk pintu tersebut. Dengan air mata yang mengalir dan
noda merah hampir di sekujur tubuh.
“Tolong
adikku Anna ! dia jatuh, tolong kami !”
“!”
Dengan begitu orang tersebut berlari menolong Anna,
menggendongnya masuk ke dalam mobil. Rino sangat berhutang budi kepada orang
tersebut.
Saat di rumah sakit,
Rino mencoba untuk menghubungi ayahnya. Saat ayahnya mengangkat telepon,
tangisan Rino sudah tidak dapat terbendung lagi. Rino menceritakan semua yang
terjadi saat ayah dan ibu meninggalkan
mereka. Dan tiba-tiba orang yang menolong Anna tadi sepertinya ingin berbicara
kepada ayah Rino, Rino hannya bisa memberikan telepon itu.
Saat dokter keluar, Rino sangat gembira untuk
mendengar berita bahagia dari dokter. Tetapi, dokter hanya bisa menggeleng
kepada Rino. Rino tidak mengerti apa arti ungkapan menggeleng dokter tersebut.
“Dimana
ibumu, Dik ?”
Rino pun menunjuk orang yang tadi menolong mereka.
“T’rima
kasih, adikmu pasti akan langsung mengingat kakaknya yang bertanggung jawab ini”
Rino pun masuk ke dalam ruangan dimana Anna
beristirahat. Anna sepertinya terlihat sangat kelelahan, Rino memandangi Anna
yang sedang terbaring di atas tempat tidur.
“A-N-N-A
!”
“Huaaa
. . . !”
Anna yang tiba-tiba menangis membuat Rino menjadi
putus asa, karena Rino tidak pernah membuat adiknya menangis. Suster segera
datang untuk menenangkan Anna, saat Anna sudah
tenang suster pergi ke luar. Rino pun mencoba mendekat untuk berbicara.
“Jangan
dekat-dekat !”
“Iya,
kakak disini.”
“Anna tidak punya kakak !!!”
Seketika saat Rino mengetahui adik kecilnya berkata
seperti itu, Ia kehilangan semangat hidup. Rino pergi ke luar rumah sakit
tersebut, setelah sampai didepan pintu rumah sakit Rino melihat ayah dan ibunya
datang dengan tergesah-gesah.
“PLAK
!”
Cap lima jari ibu mendarat dengan mulus di pipi Rino,
perasaan hancur di benak Rino semakin parah. Akhirnya ayah Rino mencoba
menghalangi tamparan tersebut agar tidak melandas lagi di pipi Rino.
“Mama
kalau mau marahin Rino enggak apa-apa,
tapi Rino bingung atas dasar apa mama bisa marah sama Rino ?”
“Kamu
anak kurang ajar !”
“Mama
tidak ada disana sewaktu Anna sakit, apa mama papa lebih mementingkan pekerjaan
dari pada mengurus kami berdua ?”
Rino berlari masuk ke dalam rumah sakit lagi, Rino
langsung memeluk orang yang tadi menolong Anna. Orang tersebut menjelaskan
penyakit yang diderita Anna kepada Rino, tapi kali itu Rino tidak menangis Ia
malah tersenyum.
“Kalau
Anna sudah tidak ingat, apa boleh buat.”
“Anna
sudah tidak akan mengingat Rino lagi, tidak apa-apa ?”
“Ya,
Anna sudah dewasa. Anna tidak butuh kakak lagi, mama papa juga.”
Saat itu juga ibu dan ayah Rino bertemu dengan orang
tersebut, ingin berterimakasih karena sudah mengurus Anna dan Rino saat mereka
berdua tidak diawasi orang tua.
Orang tersebut mengajukan permintaan kepada ibu
Rino, Ia ingin menjadikan Rino sebaagai anak laki-lakinya. Lalu ibu Rino
mengangguk, ayah Rino tidak bisa membantah karena menurut mereka itu jalan
terbaik untuk pemulihan penyakit anak kesayangannya yaitu Anna.
Rino hanya bisa mengikuti orang tersebut dan tinggal
bersamanya sampai sekarang ini, dan Anna masih belum mengenali Rino sebagai kakak laki-lakinya.
Selama Rino tinggal bersama ibu angkatya
Ia selalu mendapat apa yang diinginkannya.
Dan dalam keluarga barunya, Rino juga mempunyai adik
perempuan. Rin merupakan anak tunggal, ibunya mengakui bahwa dia bercerai
dengan suaminya. Rino diberi kepercayaan besar oleh ibu angkatnya untuk menjaga
dan merawat Rin sebagai adik perempuannya. Rino mengetahui bahwa adik perempuan
barunya ini sangat rapuh, manja, cengeng. Hampir sama seperti Anna, Rin juga
tidak bisa ditinggal sendiri terlalu lama.
Saat Rino beranjak dewasa, Ia sudah lebih mengerti
mangapa kedua orangtuanya tidak ingin melihat dia lagi. Ibu angkat Rino akan
berada di luar kota beberapa minggu ini, kunci rumah, kunci mobil, uang saku,
dan Rin tentunya di tinggalkan dan di percayakan kepada Rino untuk sementara
waktu.
“Kakak
! hari ini Rin mau sekolah !”
“Iya,
Kakak mandi dulu”
Rino merupakan anak laki-laki yang lucu saat masih
kecil, dan tanpa sadar Ia menjadi anak laki-laki yang tampan saat dewasa. Hari
ini adalah hari dimana Rin dan Rino masuk sekolah, Rino sudah biasa mengantar
Rin ke Taman Kanak-kanak menggunakan mobil.
“Dah.”
“Da-da
Kak !”
Sementara itu Rino berangkat juga ke Sekolah
Menengah Pertama, Ia memarkirkan mobilnya di tempat parkiran sekolah. Rino
sangatlah populer di sekolah, Dia merupakan senior di sekolahnya. Ia selalu
bersikap tenang, dan baik kepada semua orang. Akan tetapi ada satu siswi junior
yang sangat di sayanginya namannya adalah Anna. Rino tentunya masih mengingat
adik kecil kesayaangannya dulu, tapi Rino harus melawan rasa perih saat
berpapasan dengan Anna.
“Pagi Rino !“
“Pagi.”
Setiap hari selalu berjalan seperti
itu, sampai suatu saat ada rasa yang janggal menimpa Rino. Salah satu teman
Rino memberi informasi bahwa Anna menyukai Rino bukan sebagai kakak melainkan
suka sebagai laki-laki, Entah apa yang terpikirkan di benak Rino saat itu.
Sepulang sekolah Rino langsung
menjemput adik angkatnya Rin, dengan wajah ceria Rin melambaikan tangan kepada
teman-temannya. Dan Rin bercerita panjang lebar kepada Rino tentang kejadian di
Taman Kanak-kanaknya hari ini, Rin terdiam dan menunduk dengan perasaan sedih
karena kakaknya tidak menanggapi apa yang di ceritakan adiknya. Tidak seperti
bisanya Rino memasang ekspresi kecewa yang teramat sangat mendalam, mungkin
karena teman sekelasnya bercerita tentang Anna sebelumnya.
Setelah sampai di rumah, Rin
meneriaki Rino karena tidak mendengarkan omongannya selama di mobil.
“Kakak jahat !”
“Hah ?”
Rino pun segera kebingungan
setelah Rin berkata seperti itu, Rino terdiam dan tersenyum sambil memandangi
Rin berlari menuju ke kamar atas.
“Aku mengenali situasi ini, hal ini pernah terjadi
sebelumnya. Ya, pasti Anna .”
Rino tersenyum dengan penuh
penyesalan dan segera berjalan menuju kamarnya, Rino terus menerus tertunduk
sambil memikirkan kedua adiknya tersebut. Dan tiba-tiba Rino melihat ke arah
pintu kamarnya, Rin sedang berdiri di sisi tersebut dan menunduk sambil
menangis tersedu-sedu. Rino pun menggerakan tanggannya menyuruh Rin masuk, Rin
langsung menangis dengan kencang dan berlari ke arah kakaknya.
“Maaf ! kakak maaf !”
Rino dengan spontan memeluk Rin
sambil mengelus kepalanya, aliran air mata Rino semakin deras tapi Rino mencoba
untuk tidak mengeluarkan suara agar Rin tidak terlalu tertekan. Rin pun terdiam
dan tertidur di pelukan Rino, Rino menaruh Rin di kasurnya dan membiarkan Dia
tertidur dengan pulas.
Keesokan harinya Rino tidak pergi
kesekolah karena sakit, Rin mau tidak mau harus bolos sekolah juga karena tidak
ada orang lain yang dapat mengantarnya. Tidak biasanya Rino mengalami sakit
yang parah sampai harus izin sekolah karena sakit.
Saat Rino sedang tidur di
kamarnya Rin masuk dengan tiba-tiba, Ia membawa selimut dan boneka
kesayangannya ke arah Rino kakaknya. Ia menyelimuti kakaknya dengan selimutnya
dan memberikan boneka kesayangannya untuk menjadi bantal peluk Rino, wajah Rino
memerah Ia malu karena bukannya Dia yang mengurus adiknya melainkan adiknya
yang mengurus Dia.
“Kakak bobo, kakak bobo, kalau tidak bobo di gigit
nyamuk.”
Wajah Rino semakin memerah saat
Rin menyanyikan lagu nina bobo sambil mengelus kepalanya. Rino pun tertidur,
saat Rino bangun Ia memandangi wajah manis adiknya yang tertidur pulas di
sampingnya. Saat itu juga ada seseorang yang mengetuk pintu, Rino pun segera
mengganti piyamanya, Ia menyelimuti Rin dan segera meninggalkannya.
Saat itu juga Rino terkejut saat
melihat Anna berada di depan pintunya membawa buah-buahan untuk Rino, Rino
langsung mempersilakan Anna masuk. Saat Anna memasuki rumah Rino Ia duduk
diruang tamu, sambil menunggu Rino membuat teh untuknya. Saat itu juga Rin
keluar dari kamar Rino, Rin langsung menangis mencari kakaknya. Anna langsung
menghampiri Rin yang sedang menangis.
“Maunya kakak !”
Setelah selesai
membuat teh Rino segara keluar dari dapur, Ia menaruh tehnya di atas meja dan
segera menggendong Rin.
“Kakak di sini.”
Wajah Anna memerah saat melihat
Rino berkata seperti itu, Ia merasa iri kepada Rin yang memiliki kasih sayang
seorang kakak.
“Kalau saja aku punya seorang kakak.”
Rino pun terkejut saat mendengar
Anna berkata seperti itu, Ia tersenyum kecil saat mendengar apa yang di ucapkan
oleh Anna. Rin tertidur pulas lagi di pelukan kakaknya, Rino pun menaruhnya di
atas sofa persis berada di pangkuannya. Sambil mengelus kepala Rin, Rino
berkata.
“Tentu saja kamu punya Anna, selagi kamu masih kecil kamu selalu
mengucapkan kata kakak di depan ku. Tapi kamu tidak akan mengingatnya lagi, itu
sudah lama sekali.”
“Aku.”
“Kenapa ? kamu suka sama aku ?”
“Iya.”
Rino pun bercerita kepada Anna tentang masa kecilnya dulu, saat Rino selesai bercerita Ia menjawab pernyataan cinta dari Anna. Saat itu juga Anna mulai mengerti keadaan Rino, dan sampai saat ini Anna baru sadar bahwa Ia memiliki seorang kakak laki-laki yang bernama Rino.